spiritual books religi
 
Ada yang mengatakan bahwa keinginan spiritual adalah bentuk kesombongan, dan hanya mereka yang beruntung yang dapat meraihnya.Tetapi tidakkah lebih baik mencurahkan segenap hidup untuk mengejar hasrat tersebut dibandingkan terikat urusan duniawi? Selama kita belum mempertaruhkan diri sendiri, dan selama kita masih terikat seseorang atau sesuatu, itu berarti kita belum merdeka.

Beberapa lembah perjalanan yang dilalui bagi penempuh jalan spiritual untuk menuju Tuhan, menurut Fariddudin Attar ada 7 lembah :

1.       Lembah Pencarian

2.       Lembah Cinta

3.       Lembah Kesadaran

4.       Lembah Kebebasan

5.        Lembah Keesaan

6.       Lembah Misteri

7.       Lembah Kemiskinan dan Ketiadaan

 

LEMBAH PENCARIAN

Memasuki lembah pencarian, seratus kesulitan akan menyergap dari berbagai penjuru dan akan mengalami seratus cobaan. Kita harus meninggalkan sesuatu yang nampak berharga bagi diri kita dan memandang semua milik kita tidak berarti apa-apa. Barulah hati kita terselamatkan dari kehancuran.

Barang siapa memasuki  lembah ini, hatinya dipenuhi kerinduan sehingga mengabdikan segenap jiwanya untuk mencari perlambang lembah ini. Di jalan penyempurnaan diri, kita tidak boleh terlena walaupun sejenak . Bila sekejap saja kita berhenti menyempurnakan diri kaki kita tergelincir mundur beberapa langkah.

Di jalan ruhani, cinta dan harapan sama-sama diperlukan. Bila kita tidak memiliki kedua hal ini, lebih baik tinggalkan pencarian. Kita harus berusaha dan bersabar. Bersabar dan berusahalah dengan harapan mendapatkan petunjuk jalan. Kuasailah diri kita dan jangan sampai kehidupan lahiriah menawanmu.

 

LEMBAH CINTA

Untuk memasukinya kita harus menjadi api yang menyala. Wajah pecinta harus menyala, berkilauan dan berkobar. Cinta sejati tidak mengenal pikiran nanti. Di lembah cinta ini, cinta dilambangkan dengan api menyala sementara pikiran bagaikan asap. Apabila cinta sudah datang, pikiranpun lenyap. Pikiran tak bias  menyatu dengan keluguan cinta dan cinta tidak berurusan dengan akal pikiran manusia.

Bila engkau memiliki pengetahuan batin, inti dari dunia lahiriah akan tersingkapkan tetapi bila kita memandang segala sesuatu dengan mata lahiriah, maka kita tidak akan pernah mengerti apa artinya mencintai. Hanya yang teruji dan terbebaskan merasakan keadaan ini. Penempuh perjalanan spiritual hendaknya memiliki seribu hati sehingga setiap saat dia bisa mengorbankan salah satu hatinya.

Ketika kita menempuh jalan cinta, buanglah prasangka dan tinggalkan keterikatan pada hal-hal yang bersifat lahiriah. Dan agar tidak menjadi sumber kejahatan, tutuplah jalan dendam dan cinta diri. Selama kita masih mempertahankan kesombongan diri, maka kelelahanmu mempelajari kitab-kitab suci dan usaha kecil kita hanya seharga sekeping obol. Hanya dengan meninggalakan kesombongan dan kebanggaan, kita dapat meninggalkan  kehidupan lahiriah tanpa merasa menyesal kemudian. Jika masih sombong dan membanggakan diri pada persoalan-persoalan lahiriah, maka tunggulah seratus anak panah kesengsaraan akan menghujani dari segala menjuru.

 

LEMBAH KESADARAN

Lembah kesadaran (keinsafan), tanpa permulaan dan akhir. Tidak ada jalan serupa dengan jalan ini. Jaraknya tidak dapat diperkirakan jauhnya. Keinsafan bersifat kekal bagi penempuh jalan ini sementara pengetahuan hanya sebentar. Jiwa, seperti halnya raga, mengalami keadaan maju mundur. Dan jalan ruhani menampakakan dirinya setelah penempuhnya melampaui kesalahan dan kelemahannya, tidur dan kemalasannya. Setiap penempuh perjalanan semakin dekat dengan tujuannya, sesuai dengan usahanya masing-masing.

Keinsafan dapat dicapai dengan beraneka cara, sebagian menemukan di Mihrab, sebagian lain di depan. Apabila matahari keinsafan menerangi jalan ini,  masing-masing memperoleh cahayanya seimbang dengan usahanya dan mendapatkan tingkatan sebanding keinsafan terhadap kebenaran.

Jangan tidur wahai manusia, jika engkau ingin mengetahui dirimu.  Kawallah benteng dengan waspada karena pencuri dan perampok berkeliaran. Jangan engkau biarkan mereka mengambil permatamu. Pengetahuan sejati mendatangi mereka yang selalu terjaga. Yang bersabar mengawal benteng, mengetahui kapan Tuhan mendekat. Jika para pecinta sejati ingin menyerahkan diri dalam kemabukan cinta, mereka akan menyendiri. Pemilik cinta ruhani menggenggam kunci dua dunia di tangannya. Jika dia perempuan berubah menjadi laki-laki. Jika dia laki-laki berubah jadi samudra.

 

LEMBAH KEBEBASAN

Pada lembah keempat ini tidak ada lagi nafsu memiliki atau keinginan menemukan. Dalam keadaan seperti ini, angin dingin bertiup dengan ganas sehingga dalam sejenak angin menghancurkan smesta yang luas. Tujuh lautan sama dengan sebuah lubang air. Tujuh  galaxy sama dengan setitik kembang api. Tujuh langit sama dengan bangkai. Tujuh neraka hanyalah es yang mencair. Kemudian sebaliknya, sesuatu tidak bisa dinalar manusia. Seekor semut sama seperti seratus gajah dan seratus kafilah tewas sementara seekor gajah memakan bangkainya.

Di lembah ini baru dan lama tidak berharga. Engkau diperbolehkan berbuat atau tidak berbuat. Bila engkau melihat seluruh dunia terbakar dan semua hati tidak lebih dari kapas. Semua hanya khayalan, bila dibandingkan kenyataan sebenarnya. Jika puluhan ribu jiwa tenggelam ke dalam lautan tak terbatas, itu seperti setitik embun. Bila langit dan bumi harus meledak menjadi serpihan-serpihan, itu tidak berbeda dengan setangkai daun luruh. Apabila segalanya harus dimusnahkan , sejak dari ikan penyangga bumi sampai bulan di langit,  masihkah ada kaki semut lumpuh di dalam sumur? Jika tidak ada lagi jejak manusia dan jin, rahasia setitik air asal sesuatu harus direnungkan kembali.

Lembah ini tidak mudah dilalui sebagaimana prasangka lugumu. Meskipun darah hatimu memenuhi lautan, engaku baru memulai tahap pertama. Meskipun engkau telah menjelajahi semua jalan di dunia, namaun engkau masih saja dilangkah pertama. Tidak ada musafir yang mengetahui akhir perjalananini dan tidak ada yang menemukan penawar cinta. Jika engkau berhenti, engkau membeku atau bahkan mati. Jika engkau lanjutkan langkahmu, kau dengar seruan, “Majulah terus lebih jauh lagi”. Engkau tidak dapat berjalan atau berhenti. Tidak ada manfaatnya lagi hidup atau mati.

 

LEMBAH KEESAAN

Di lembah ini semuanya pecah terurai lalu menyatu kembali. Semua yang mendongakkan kepalanya  berleher satu. Meskipun kelihatannya banyak, namun hakikatnya satu. Semuanya Esa dalam kesempurnaan Yang Esa. Dan sekali lag, yang terlihat esa tidak berbeda dengan yang banyak. Seseorang bertanya kepada seorang arif,” Apakah dunia ini ?. Dengan apakah dapat diumpamakan ?”. Dunia ini paduan kengerian dan kejahatan. Bagaikan pohon palma dihiasi seratus warna lilin. Karena itulah, warna dan bentuk yang engkau kagumi tidak sebanding dengan satu obol. Jika ada esa tidak mungkin ada dualitas. “Aku” dan “Engkau” tidak lagi penting.

Apabila pengembara spiritual memasuki lembah ini, dia akan hilang dan lenyap dari penglihatan karena wujud tanpa tandingan menampilkan diriNya. Pengembara terdiam karena pengembara itu berfirman : wahai Tuhan hamba, hanya Engkaulah yang hamba damba. Hamba tahu kalau tidak diperbolehkan membiarkan diri dipengaruhi angan-angan kecemasan atau ketakutan.

 

LEMBAH MISTERI

Setelah lembah keesaan, lembah keheranan dan kebingunganpun membayangi. Disana kita menjadi mangsa duka dan sedih. Setiap hembusan nafas adalah keluhan kepedihan dan setiap keluhan bagaikan pedang. Disana hnyalah duka, ratapan dan kerinduan mendendam siang dan malam hadir dengan serempak. Disana api menyala-nyala namun kita merasa tertekan dan tak lagi memiliki harapan.

Dalam lembah kebingungan ini muncul pertanyaan, “Mungkinkah kita melanjutkan perjalanan ini?” Akan tetapi yang melampaui lembah keesaan lupa segalanya bahkan dirinya sendiri. Jika dia ditanya, “Engaku ada ataukah tidak? Adakah Engaku atau tidak ada? Apakah engkau berada di tengan atau ditepian? Apakah Engkau fana atau kekal?” Ia akan menjawab dengan tegas,”Aku tidak tahu apa-apa”, aku tidak mengerti apa-apa . Aku tidak sadar atas diriku sendiri. Aku tengah bercinta namun dengan siapa, aku tidak tahu. Hatiku dipenuhi cinta sekaligus hampa.

Manusia selalu hidup di dalam angan-angan dan mimpi. Tidak ada yang melihat segala sesuatu sebagaimana adanya. Apabila seseorang mengatakan, Apa yang mesti kulakukan? Jawablah, “Jangan melakukan apa yang biasa engkau lakukan dan jangan berbuat yang sudah biasa engkau perbuat”.

Mereka yang memasuki lembah keheranan ini akan bersedih memikirkan seratus dunia. Bagiku mereka kebingungan dan tersesat. Kemanakah aku harus melangkah? Berdoalah agar aku tahu apa yang harus aku lakukan! Tetapi ingatlah ratapan manusia menurunkan rahmat langit.

 

LEMBAH KEMATIAN

Lembah terakhir yang akan dilalui adalah keterampasan dan kematian, hamper tidak bias dijelaskan. Hakikat lembah ini adalah lupa, buta, tuli dan kebingungan.Seratus baying-bayang yang menghalangimu lenyap dibuyarkan secercah cahaya matahari langit. Apabila laut maha raya bergelora, permukaannya kehilangan bentuk. Bentuk tidak lain adalah dunia kini dan dunia nanti.

Siapakah yang menganggap dirinya tidak memperoleh kemuliaan Agung? Setitik air lautan kan tetap tinggal disana, abadi dan damai. Di laut maha tenang, pada mulanya kita terhina dan terbuang tetapi setelah terangkat dari keadaan ini, kita memahaminya sebagai makluk dan banyak sekali rahasia tersingkkap.

Banyak sekali makluk salah langkah pertama sehingga gamang dilangkah kedua, mereka seperti benda-benda tambang.Apabila kayu dan duri terbakar menjadi abu, keduanya terlihat sama namun mutunya berbeda. Benda najis dimasukkan ke air tawar tetap najis karena sifat dasarnya. Akan tetapi benda suci dimasukkan ke dalam lautan kehilangan wujudnya dan menyatukan diri dengan gerak ombak lautan. Ketika berhenti dan terpisah dari lautan , dia memancarkan keindahannya sendiri. Dia ada dan tidak ada. Bagaimana hal ini terjadi, akal pikiran tidak dapat membayangkannya.

Leburkan dirimu dalam gelora api cinta sehingga engkau tiudak lebih sehelai rambut, dan engkau layak menjadi sehelai rambut dari rambut kekasih.Apabila matamu menatap jalan dan selalu mengawasi, renungkan dan pikiran rambut helai demi helai.

Sumber: Buku Perjalanan Menuju Tuhan (Faridudin Attar)



Leave a Reply.


spiritual books religi