spiritual books religi
 
Diterbitkan Oleh :
Institut Kajian Tasawuf “Az Zukhruf”
Jl. Alur Laut No.03, Jakarta 14230, Indonesia
Deskripsi :
Bhinneka Tunggal Ika adalah ilmu tercanggih untuk bermukasafah kepada الله. Jadi tidak cukup hanya dihafal dan diucapkan saja. Oleh para Ihsan yang sudah mengenal Tuhan, mulai awal abad 14 Masehi, ilmu ini sudah ditampilkan dan diajarkan. Sebab yang dapat menyelamatkan dan mempersatukan umat hanya Tuhan YME. Jadi Ihsan hendaklah mampu mempraktekan :
Rantai, agar mampu merantai hawa nafsu.
Padi dan Kapas, dunia harus Al Sakinah.
Banteng tafakur, harus mampu bertafakur, sampai munculnya bintang dilangit terdekat.
Bintang, harus sampai ke ru’yah menyaksikan bintang dilangit terdekat, inilah awal untuk menyaksikan Al Qadar.
Pohon, Pohon besar berakar tunggang, bercabang dan berdaun rindang.
Semua butir tersebut diatas, diakui dan disetujui oleh Para Empu, Pendeta Agung serta Waliyam Mursyidan, sebab mereka sudah sama-sama membuktikan kehadiran Tuhan YME. (lihat buku Tuhan YME Didalam Pancasila, oleh Amiruddin Syah dan sudah di bedah buku juni 2010 di LEMHANAS, Jl. Merdeka Selatan, Jakarta).
Sumber : inkasaf.wordpress.com
 
Diterbitkan Oleh :
Institut Kajian Tasawuf “Az Zukhruf”
Jl. Alur Laut No.03, Jakarta 14230, Indonesia
Deskripsi :
Anak Autis dan Indigo, adalah anak-anak cerdas yang sangat akrab dengan Cahaya Al Qadar (bintang dilangit terdekat). Mereka banyak turun sebagai reinkarnasi (Al Baqarah 2;28) kini di Negeri ini. Mereka calon Pemimpin (al Waly bahkan Al Waliy) yang mengerti dan menghadirkan Bhinneka Tunggal Ika kedalam dirinya (Mbar jati diri), kemudian diteruskan kepada kaumnya. Ramalan Empu Jayabaya (No To Ne Go Ro akan meningkat menjadi No To Brah Mo No).
Sumber :  inkasaf.wordpress.com
 
 

Harga : Rp.150.000,-

Karya : Ibnu Athaillah al-Sakandari

 (5 buku: Tutur Penerang Hati, Zikir Penentram Hati, Misteri Berserah Kepada Allah, Rahasia Kecerdasan Tauhid, Kasidah Cinta dan Amalan Wali Allah)

… mengalir dari tangan ulama-psikolog-klasik multidisipliner, baris demi baris dalam edisi lengkap karya Ibnu ‘Athaillah ini mampu mengguncang pikiran dan menggelitik kesadaran pembacanya—singkat-memikat, sarat analogi, dan  penuh tips senam jiwa yang menyehatkan.

Inilah edisi lengkap karya Ibnu Athaillah yang telah mengubah kehidupan jutaan muslim di dunia dari masa ke masa. Orang menyebutnya “buku yang tak kunjung tamat” karena tak puas dibaca sekali dan terus saja menginspirasi pembacanya. Nasihat-nasihatnya menyentuh dan menggelitik kesadaran. Nutrisi ruhani yang disuguhkannya tak cuma padat tapi juga sarat analogi sehingga pembaca bisa segera terbangun dari ketidaksadaran tanpa dibayangi rasa bosan.

Ada yang berbeda dalam tasawuf Ibnu ‘Athaillah. Sementara banyak ulama menekankan arti penting mujahadah sebagai kunci sukses mendaki jalan menuju Allah, syekh kita ini memberi tekanan pada apa yang disebutnya isqâth al-tadbîr—berserah pada pengaturan Allah.  Ajaran isqâth al-tadbîr sebetulnya mengajarkan kecerdasan emosional-spiritual. Pada praktiknya, ia setidaknya akan membuahkan beberapa sikap hati: tidak risau akan sarana-sarana penghidupan, tidak bergantung pada amal atau usaha, rida pada kenyataan, dan punya optimisme hidup.

Dengan bersandar kepada Allah, dan percaya bahwa Dia selalu memberikan yang terbaik, kita melipatgandakan rasa optimis kita—terlepas dari betapa buruk hal-hal yang menimpa kita di mata orang. Dengan tak pernah lalai bahwa Allah Maha Menolong dan Mahakuasa, dengan tak pernah kehilangan rasa butuh kepada-Nya, kita menjadi terbebas dari penjara keterbatasan, dan merasa lapang sekalipun dikepung oleh berbagai ketidakmungkinan—serasa menjadi pemenang-dalam-hidup selamanya.

 Ibnu Athaillah al-Sakandari (w. 709 H/1350 M) dikenal sebagai sufi, muhadis, dan  fakih.  Ia juga tokoh ketiga dalam tarekat al-Syâdziliyyah. Penguasaannya akan hadis dan fikih membuat ajaran-ajaran spiritualnya memiliki landasan nash dan akar syariat yang kuat. Menulis lebih dari dua puluh karya, namanya demikian masyhur lewat karya kondangnya, Al-Hikam.

 

Melihat pulau Jawa dari berbagai sisi memang unik dan menggelitik. Namun di balik keunikannya yang menggelitik tersebut terbentang berbagai hasanah yang akrab dengan sendi-sendi kemanusiaan. Di mana garis-garis humanis masih bersanding erat dengan masyarakatnya. Jika dirunut, humanisme Jawa ternyata tidak lepas dari daya kreatif serta kegeniusan para leluhurnya. Semisal Sunan Kalijaga, yang mempunyai kemasan tersendiri dalam rangka menyampaikan ajarannya. Yakni dengan menggunakan media kesenian yang populer di masyarakat Jawa, seperti gamelan, gending, wayang, dsb. Tidak jauh geniusnya dengan Ki Ageng Suryomentaram, putra ke-55 dari 79 keturunan Sri Sultan Hamengku Buwono VII. Kegeniusan beliau tercermin dari pengejewantahannya tentang jiwa. Jiwa yang dalam literatur tasawuf dan psikologi umum terlihat begitu rumit serta jlimet, oleh Ki Ageng disederhanakan hanya sebatas rasa. Karena rasalah daya yang mendorong semua makhluk untuk beraktivitas.

Kecerdasan beliau akan lebih nampak jika disandingkan dengan Mulla Shadra, yang mendefinisikan jiwa sebagai substansi yang zatnya non materi, tetapi sangat terikat dengan materi dalam aktivitasnya. Begitu juga dengan pengklarifikasian jiwa. Jika Mulla Shadra dan Ibnu Sina menyebut gradasi jiwa dengan jiwa tumbuhan, jiwa hewan, baru jiwa manusia, maka Ki Ageng menyederhanakannya dengan rasa dangkal, rasa dalam serta rasa sangat dalam.

Ketiga level rasa di atas menurut Ki Ageng dapat dipelajari lewat tiga perangkat inheren dalam diri setiap manusia. Pertama adalah panca indera. Kedua melalui rasa hati, yakni rasa yang dapat merasa aku, merasa senang, merasa ada dan sebagainya. Sedang yang ketiga dapat dipelajari lewat pengertian atau pemahaman. Perangkat terakhir ini berfungsi untuk menentukan suatu hal yang berasal dari panca indera dan perasaan.

Oleh Ki Ageng, mempelajari rasa dalam diri sendiri atau pangawikan pribadi sama halnya dengan mempelajari manusia dengan kemanusiaan. Karena bagaimana pun yang mempelajari adalah bagian dari makhluk yang bernama manusia. Maka jika berhasil mempelajari diri sendiri dengan tepat, secara otomatis juga berhasil mempelajari manusia pada umumnya. Dengan demikian, alangkah eloknya jika pembelajaran pangawikan pribadi dipelajari dari sekarang, disini serta penuh keberanian menghadapai segalanya apa adanya.

Gradasi rasa Keberadaan kondisi yang bercorak hitam-putih terkadang memang masih membelenggu jiwa manusia. Hal itu disebabkan manusia kurang menyadari keberadaan alam, yang oleh Ki Ageng dibedakan menjadi empat gradasi. Pertama dimensi tunggal. Dimensi yang berupa garis ini sebagai analogi untuk bayi, yang kemampuannya baru sebatas merekam berbagai rangsangan dari luar dengan panca inderanya. Oleh Mulla Shadra, tingkatan pertama ini disebut dengan jiwa tumbuhan.

Seseorang dapat dikatakan memasuki gradasi kedua jika telah mampu mengorganisasikan atau membentuk tipologi dari berbagai jenis rekaman di dalam ruang rasa. Dengan kata lain, manusia pada tingkatan kedua ini mulai sedikit sadar untuk mengekspresikan rangsangan-rangsangan dari luar maupun dari dalam dirinya sendiri. Namun dalam bertindak tersebut tidak berdasarkan akal dan hati, sehingga akibat reaksinya dalam menghadapi rangsangan sering melenceng. Tingkatan kedua ini disebut sebagai benda dua dimensi atau jiwa bianatang.

Ketiga, manusia 3 dimensi. Dalam fase ini, manusia sudah mampu memberdayakan akalnya untuk berfikir, sehingga dapat memahami hukum-hukum alam. Namun tidak dengan hatinya. Dengan demikian, manusia yang bertempat pada level ketiga ini hidupnya didominasi oleh ego, atau yang oleh Ki Ageng diistilahkan dengan kramadangsa.

Kramadangsa merupakan abdi dari berbagai tipologi rekaman yang minta diistimewakan. Karena masing-masing rekaman yang tersimpan sejak lahir mulai saling menyikut agar dapat posisi tertinggi diantra rekaman yang lain. Artinya, hidup pada ukuran ketiga adalah ketika hidup hanya diabdikan pada semua rekaman dan berbagai kebijakan pikiran yang mengorganisasikanya dalam ruang rasa.

Keempat, manusia empat dimensi. Yakni manusia yang tidak hanya memiliki ukuran panjang, lebar serta tinggi dalam dimensi ruang dan waktu. Namun manusia pada tingkatan terakhir ini juga memiliki rasa yang dapat melintasi ruang dan waktu. Karena selain kemampuan analisisnya telah sampai pada hukum alam, manusia ini juga memiliki kebijaksanaan yang bersumber dari rasa. Rasa inilah yang oleh Ki Ageng disebut sebagai rasa yang dapat berkembang, yakni rasa yang tidak mungkin dapat dirasakan hewan, apalagi tumbuhan.

Pertarungan dan pembebasan Dalam buku ini juga terdapat bagan yang mengatakan bahwa, krenteg (gerak hati) yang lahir dari dalam diri serta berasal dari rekaman ruang rasa memiliki dua potensi. Pertama, manusia akan kembali pada level ketiga, yakni hidup dalam kendali kramadangsa. Semisal marah. Jika dalam keadaan marah justru memikirkan bagaimana cara melampiaskan marah, maka kembalilah manusi pada posisi ketiga.

Namun sebaliknya, jika dalam keadaan marah yang terpikir adalah apa itu Marah, bagaimana karakter dan apa tujuannya, maka manusia menuju ke tigkatan tertinggi. Gradasi tertinggi ini adalah manusia yang telah terbebas dari dominasi egonya sendiri dalam bertindak. Ukuran terakhir ini oleh Ki Ageng disebut sebagai instrument dalam diri, yang berfungsi khusus untuk memotret diri orang lain.

Keberhasilan seseorang dalam meraih puncak rasa merupakan suatu keistimewaan tersendiri. Karena jika bersinggungan dengan realitas (masyarakat), manusia tanpa cirri akan selalu merasa damai sebab tidak harus berselisih. Manusia tanpa ciri adalah manusia bumi yang mampu membumi.

Judul Buku: Makrifat Jawa untuk Semua
Penulis: Abdurrahman el-’Ashiy
Penerbit: Serambi
Cetakan: I, Agustus 2011
Tebal: 310 halaman
Peresensi: Eko Sulistiyo ZA, presiden pada Association of Saber Unfold Fak. Ushuluddin UIN Suka, Yogyakarta.

Sumber : Madrowi.wordpress.com

 
Picture
Judul Buku : Ada Nabi dalam Diri (Melesatkan Kecerdasan Batin Lewat Zikir dan Meditasi)
Penulis       : Soraya Susan Behbehani
Penerbit     : SERAMBI
Halaman     : 288 halaman

Bagian pertama buku ini membahas sejarah meditasi dan praktiknya  menurut berbagai tradisi dan agama-agama. Bagian kedua mengangkat stress dan manajemen stress. Dalam bagian ketiga, setiap agama akan disajikan bersama dibawah (satu perspektif) hakikat agama, sufisme, yang menyatukan mereka semua.

Ketika tahap akhir agama, yakni Islam yang berarti kepasrahan total__dicapai, maka Adam, anak cahaya terlahir ke ketakterbatasan. Lolos dari jerat-jerat indrawi di dalam sebuah kepasrahan total, ia meninggalkan wujud terbatasnya dan akhirnya menyatu dengan tujuan hidupnya melalui praktik meditasi sejati.

Meditasi sebenarnya adalah perjalanan rohani yang terjadi pada jiwa, sebuah perjalanan yang membawa orang dari keadaan terbatas menuju keadaan tak terbatas. Hakikat wujud adalah pengetahuan tak terbatas, yang secara abstrak disebut Tuhan. Hakikat inilah yang membentuk dan melahirkan segala sesuatu. Namun, hakikat yang adalah juga diri sejati manusia itu untuk sementara terkubur dalam bentuk tubuh manusia yang kasar. Seperti sebuah mutiara yang masih terpendam di dalam kerang, identitas sejati manusia terjerat oleh ikatan-ikatan bumi. Agar rindu dan alienasi jiwa yang menderita itu terhenti, hakikat tak terbatas atau anak cahaya itu harus lolos dari jeratan tubuh menuju wujud dan penyatuan dengan ketakterbatasan. Ibarat setetas air yang sekalipun setetas saja, tapi sekali mencapai lautan, ia tak menjadi setetes air, melainkan bagian tak terpisahkan dengan lautan.

Melalui meditasi, penjelajahan diri terjadi, Semua nabi mendakwahkan penjelajahan diri ini. Pesan ini abadi dan tidak hanya dimiliki tradisi, sekte atau agama tertentu, melainkan meliputi semuanya.

Sekali jiwa telah terbebas dari berbagai perubahan yang konstan, ia akan bebas dari belenggu-belenggu bumi dan menjadi abadi; kematian tidak lagi mengancam. "Kebangkitan" inilah yang sebenarnya dimaksudkan oleh seluruh nabi, bukannya hari kebangkitan ketika seluruh kuburan terbuka dan setiap mayat bangkit. Kebangkitan bukan untuk tulang-belulang yang mati, tetapi untuk jiwa yang hidup.

Kekuatan bukan terletak pada menghindari godaan-godaan material dunia, melainkan pada memahami dan tabah menghadapi semua itu. Perlindungan orang adalah hatinya, dan ditempat itulah semestinya dia mencari perlindungan. Karena itu, penyendirian (khalwat) tidak berarti bahwa ia harus memisahkan diri dari masyarakat, tetapi ia harus hidup diantara mereka tapi tidak mengikuti kebiasaan-kebiasaan buruk mereka.

Pikiran-pikiran kita adalah rumah-rumah terbuka yang menerima dan menyimpan hampir segala sesuatu yang datang dan  tak pernah dibersihkan dan disusun rapi. Kapankah anda pernah duduk termenung, memikirkan bagaimana membersihkan rumah tangga mental anda?

Perbedaan antara agama dan teologi adalah bahwa teologi tak lebih dari sekadar sistem pemikiran spekulatif tentang hal-hal gaib, sedangkan agama adalah pengalaman. Cita-cita seniman adalah keindahan, ilmuwan adalah kebenaran, dan moralis adalah kebaikan. Agama menggabungkan semua itu dan ia ingin menyadarkan kita akan kesatuan.

Jalan menuju ketenangan dan kebahagiaan tersimpan di dalam batin kita masing-masing. Jenis bantuan apa pun yang diperoleh dari luar, bahkan yang terbaik dan yang paling tidak beresiko sekalipun, hanyalah bersifat sementara. Luka harus mulai diobati dari dalam. Jadi, pengobatan medis diterapkan untuk menghindari infeksi, tetapi tumbuhnya kembali jaringan otot baru adalah proses penyembuahn yang terjadi dari dalam (batin).

Sumber energi  paling penting dalam tubuh adalah hati. Para sufi menyebutnya "sumber kehidupan". Hati dikenal sebagai manajer yang bijak dan perkasa. Ia memiliki kecerdasan, dan yang paling penting, ia terkait dengan seluruh sumber magnetik.

 
Picture
Judul Buku :Terapi Berpikir Positif
Penulis       : Dr. Ibrahim Elfiky
Penerbit     : Zaman
Halaman     : 347 halaman

Dr. Ibrahim Elfiky adalah pendiri dan ketua dewan komisaris beberapa perusahaan berskala internasional, antara lain : Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia di Kanada (CTCHD); Pusat Kekuatan Potensi Manusia di Kanada(CTCPHE); Pusat Anestesi dengan Sugesti di Kanada (CTCH); Pusat Pemprograman Bahasa Saraf di Kanada (CTCLNP). Selain meraih gela doktor di bidang metafisika di Universitas Los Angeles, juga meraih 23 gelas diploma dari beberapa lembaga papan atas di bidang pengembangan Sumber Daya Manusia, Manajemen dan Marketing serta di akui sebagai penyususn dan peletak dasar ilmu Neuro Conditioning Dynamic (NCD) dan Ilmu Power Human Energy (PHE).

Dalam buku ini akan diawali dengan pembahasan mengenai kekuatan pikiran. Pikiran adalah alat ukur yang digunakan manusia untuk memilih sesuatu yang dinilai lebih baik dan lebih menjamin masa depan diri dan keluarganya. Dengan berpikir, kata James Allan, seseorang bisa menentukan pilihannya. Dalam psikologi - sosial, ilmuwan mendefinisikan "berpikir" sebagai bagian terpenting yang membedakan manusia dari binatang, tumbuhan, dan benda mati. Dengan berpikir, manusia bisa membedakan yang bermanfaat dan tidak bermanfaat; antara yang halal dan yang haram; antara yang positif dan yang negatif. Dengan begitu, ia bisa memilih yang cocok bagi dirinya dan bertanggung jawab atas pilihannya.

Ada kalimat bijak dari filsafat India Kuno,"Hari ini Anda tergantung pada pikiran yang datang saat ini. Besok Anda ditentukan oleh ke mana pikiran membawa Anda." Begitulah kenyataannya. Perasaan dan perbuatan pasti dimulai dari pikiran. Pikiranlah yang menjadi pendorong setiap perbuatan dan dampaknya. Pikiranlah yang menentukan kondisi jiwa, tubuh, kepribadian dan rasa percaya diri

Berpikir itu sederhana dan hanya butuh waktu sekejap. Namun, ia memiliki proses yang kuat dari tujuh sumber yang berbeda, yaitu : orang tua, keluarga, masyarakat, sekolah, teman, media masa  dan sumber ketujuh dari pembentukan pikiran adalah diri sendiri. Pikiran akan membuat arsip memori dalam akal yang akan melahirkan mindset dan dapat mempengaruhi, intelektualitas, fisik, perasaan, sikap, citra diri, harga diri, rasa percaya diri, kondisi jiwa, kondisi kesehatan dan hasil.

Jika benar-benar ingin menjadi orang bijaksana, kita harus menyadari betul bahwa didalam diri kita ada musuh besar yaitu pikiran yang negatif. Ketika kita tahu cara menguasainya, ia akan berpihak kepada kita. Sama seperti kuda yang lepas kendali, bisa membunuh kita dengan satu tendangan. Tetapi jika kita mengajarinya,  ia akan menjadi sahabat yang bermanfaat. Ingant pikiranmu adalah perbuatanmu sendiri. Tak seorangpun di muka bumi ini dapat mengubahnya untukmu. Jadi, engkaulah satu-satunya orang yang bisa mengubah dan menjadikannya berpihak kepadamu serta membantumu agar tetap stabil dan meraih kebahagiaan.

Zeno berkata, "Hidup adalah pantulan pikiran dan keyakinan Anda. Untuk mengubah hidup, yang pertama kali harus Anda lakukan adalah mengubah pikiran dan keyakinan Anda."
Hidup yang anda jalani saat ini adalah pancaran pikiran, keputusan, dan pilihan Anda. Jika Anda rela menerima tantangan, berarti Anda telah merintis perubahan, kemajuan dan perkembangan.

Menelusuri sifat-sifat kepribadian positif dan bagaimana kita bisa menggunakannya dalam kehidupan  sehari-hari. Ada sepuluh sifat utama yang menjadi ciri khas kepribadian positif. Sifat-sifat itu akan membantu kita mewujudkan cita-cita, serta memberi kebahagiaan, ketenangan dan ketentraman jiwa. Sifat-sifat itu antara lain : "beriman, memohon bantuan, dan tawakal kepada Allah; nilai-nilai luhur; cara pandang yang jelas; keyakinan dan proyeksi positif; selalu mencari jalan keluar dari berbagai masalah; belajar dari masalah dan kesulitan; tidak membiarkan masalah dan kesulitan mempengaruhi hidupnya; percaya diri, menyukai perubahan, dan berani menghadapi tantangan; hidup dengan cita-cita, perjuangan dan kesabaran; pandai bergaul dan suka membantu orang lain."

Kenyataan adalah persepsi Anda. Jika Anda ingin mengubah kenyataan hidup Anda, mulailah dengan mengubah persepsi Anda. Tujuh prinsip berpikir positif : "masalah dan kesengsaraan hanya ada dalam persepsi; masalah tidak akan membiarkan anda dalam kondisi yang ada: ia akan membawa anda pada kondisi yang lebih buruk atau yang lebih baik; jangan jadi masalah, pisahkan dirimu dari masalah; belajarlah dari masalalu, hiduplah pada masa kini, dan rencanakan masa depan; setiap masalah ada solusi spiritualnya; mengubah pikiran berarti mengubah kenyataan, pikiran baru menciptakan kenyataan baru; ketika Allah menutup satu pintu, pasti Dia membuka pintu lain yang lebih baik.

Perhatikan pikiran Anda sebelum berubah menjadi konsentrasi. Perhatikan konsentrasi Anda sebelum berubah menjadi perasaan.
Perhatikan perasaan Anda sebelum berubah menjadi perilaku.
Perhatikan perilaku Anda sebelum berubah menjadi hasil.
Perhatikan hasil yang Anda dapat sebelum menentukan jalan hidup Anda.

 
Picture
Judul Buku : Ma'rifatullah melalui Jihad Al Akbar (Futuh al Mukasyafah)
Penulis       : Amiruddin Syah
Penerbit     : Institut Kajian Tasawuf "Az Zukhruf" Jakarta
Halaman     : 218 halaman
Kategari      : Tasawuf & Sufisme


Jihad terbagi menjadi dua, pertama jihad melawan musuh yang nampak dan kedua jihad melawan hawa nafsu. Ada tiga nafsu yang harus diperangi  yaitu: nafsu amarah, lawamah dan hayawaniayah. Agar segera memasuki nafsu muthma'inah (jiwa yang tenang) dan melepaskan jiwa yang gaduh menuju ke jiwa yang tenang sebaiknya dituntun oleh seorang guru. Dalam buku ini lebih banyak diulas mengenai jihad merantai hawa nafsu, memerangi hawa nafsu, lebih tepatnya mengendalikan hawa nafsu agar dapat sampai ke nafsu muthma'inah. Nafsu muthma'inah diperlukan untuk memasuki singgasana Allah, menjadi tamu Allah, adalah wajib hukumnya untuk bertemu Allah ketika masih berada dimuka bumi ini.

Futuh al Mukasyafah, berasal dari kata futuh yaitu sebuah keberhasilan dari usaha dan munajat si fakir kepada Allah sehingga tersingkap hijab atas dirinya. Maka terbukalah jalan memasuki penyingkapan (mukasyafah). Dan mukasyafah adalah terbukanya  rahasia dibalik rahasia ke Ilahian. Disinilah pengalaman spiritual, pada puncaknya. Terbukanya hijab secara gamblang, sehingga tidak diragukan lagi kehadiran Wujud yang tidak berawal dan berakhir. Penampakan keindahan dari semua keindahan yang abadi pada wilayah batin. Inilah kata lain dari tajali Ilahi, kasyf atau liqa' Allah. Dari sinilalah dimulainya sahadah.

"Dan aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah, aku bersaksi bahwa Muhmmad Rosul Allah".

Bahwa si fakir benar telah menyaksikan Nur Insan (RuhKu), Nur Muhammad(RosulKu) dan Aku. Aku didalam Wujud. Sebelum
ruhKu kembali bersaksi (mukasyafah), perjalanan diawali dengan perang suci terhadap hawa nafsu yang menghambat. Perang suci untuk membersihkan nafsu (jiwa), sehingga mampu mendengan panggilan dari Allah, itu merupakan kemenangan yang disebut Futuh al Ibarah (mengerti symbol). Sebab jiwanya telah mendekati kesucian Futuh al halawah.

Dalam buku ini juga diuraikan empat macam manusia, yaitu: pertama manusia yang celaka dan sengsara, miskin tidak punya apa-apa dan tidak mengenal Allah. Kedua, manusia celaka yaitu mempunyai kekayaan dunia yang berlimpah ruah namun tidak mengenal Allah. Ketiga, mukmin yang bodoh yaitu sudah mengenal Allah sewaktu di dunia tapi tidak mau berusah untuk memenuhi kebutuhan dunia yang bertentangan dengan Quran Surat Al Qashash 28 ayat 77. Keempat, mukmin yang bijaksana yaitu pemahaman kehadiran allah dikuasai dan dibuktikan sehinggan penyembahan kepada Allah pasti dan jelas serta memiliki ilmu dunia dan keahlian.

 
Picture






Judul Buku : NIKMATNYA QIYAMAT
Penulis       : Amiruddin Syah
Penerbit     : Institut Kajian Tasawuf
Halaman      : 224 halaman

Pengertian Qiyamat menurut pandangan umum adalah hancurnya bumi dan langit bagaikan bulu beterbangan, tidak ada siang maupun malam dan semua makluk akan binasa dimana pada hari itu usia dunia akan berakhir. Pengertian demikian diambil dari terjemahan ayat yang ditangkap secara lahirnya saja (QS Az-Zilzal 99 : 1 - 3) :
"Ketika bumi diguncangkan dengan amat dasyatnya, dan bumi mengeluarkan isi perutnya. Lalau manusia saling bertanya: Kenapa begini?". Dan pada QS Al-Qariyah 101 : 3 -5 : "Dihari itu manusia bagaikan kupu-kupu yang beterbangan. Dan gunung-gunung hancur bagaikan kapas dihembus angin kencang".

Pengertian Qiyamat yang akan dibahas dalam buku ini, ialah perpindahan dari kehidupan yang lalu, kesuatu kehidupan yang baru. Atau dari alam pertama ke alam kedua dan seterusnya ke alam ketiga. Perpindahan ini disebut berbangkit. Ini tentu berbeda dengan reinkarnasi. Qiyamat berlaku bagi setiap yang hidup dan tak pernah mati. Dan ini ditujukan untuk alam Ruh, sebab ruh tidak pernah mengantuk, tidur dan tidak mati. Ruh yang hidup adalah bagian dari Maha Ruh yang mengutusnya ke bumi. Ruh hendaklah mengenal Maha Ruh, agar  kembali kepada yang mengutus  menjadi jelas. Ruh Ku, Nur Muhammad dan Nur Allah adalah wujud, qidam dan baqa. Kekekalan (baqa') dijelaskan didalam Al Qurran : Al Baqarah 2 :255
"Allah Tidak ada Tuhan selain dari pada-Nya. Tuhan yang hidup kekal, berkuasa sendirinya, tidak pernah mengantuk dan tidur. Kepunyaann-Nya apa yang ada di langit dan apa yang ada dibumi".

Qiyamat menurut Arif Billah terbagi menjadi tiga : Pertama, Sewaktu dilahirkan dari rahim ibu. Selama 9 bulan di dalam rahim ibu semua kebutuhan bayi telah tercukupi dari sang ibu, ibaratnya inilah sorga pertama bagi manusia. Kedua, ketika bermi'raj yang diusahakan setiap hari. Qiyamt mempunyai arti mati sejenak (mati sajroning urip) atau mati diwaktu hidup, yang disebut qurban. Allah telah menjelaskan pada QS An Nissa 4 : 66 yaitu : "Qurbankanlah dirimu dan keluarlah engkau dari kampungmu. Tetapi sedikit sekali dari mereka yang melaksanakannya".Untuk menemui Allah melalui mati syahid atau syuhud (mati dalam penyaksian) atau menemui Allah di Bai'tullah harus menambatkan onta, dan meninggalkan terompah. Ketiga, Qiyamat untuk jangka panjang yaitu ketika ruh meninggalkan jasanya untuk selamanya.

Hanya dua tempat berbangkit bagi manusia yaitu : pertama, Kembali kepada Allah, bagi mereka yang sudah mengenal Allah. Kedua, Tinggal di alam barzah untuk mereka yang tidak mengenal Allah, maka dia ditinggalkan dalam kebingungan.

spiritual books religi